Seorang direktur berjalan mengelilingi kawasan bagian produksi.
Terlihat dia mengamati dengan seksama karyawan pabrik yang sedang sibuk
bekerja. Sesekali dia melihat ke kiri dan ke kanan seputar lingkungan pekerjaan bidang produksi.
Kehadiran direktur di area pabrik ini tidak seperti biasanya. Nampaknya ada
sesuatu yang mencemaskannya dan mencoba mencari jawabannya. Maklum, laporan
yang diterima dari bagian produksi cukup mengecewakan. Kinerja bagian produksi
akhir-akhir ini menunjukkan grafik menurun. Berbeda dengan kinerja bagian-bagian
lainnya. Dalam kujungan singkatnya itu, dia sedikit merasakan lampu di bagian
produksi kurang terang dibanding lampu di bagian lain. Dia kemudian memerintahkan
untuk menambah watt lampu di bagian produksi itu. Sambil berjalan, diapun
meminta kepada manajer produksi untuk membuat proposal pelatihan motivasi pada
karyawan bagian produksi. Pelatihan dilakukan secara bergilir dan dimulai bulan
depan.
Sebulan kemudian, dia sedikit terkejut karena kinerja karyawan bagian
produksi meningkat, padahal pelatihan belum dimulai. Diapun berfikir keras apa
yang membuat kinerja karyawan produksi meningkat. Dia mulai menduga,
jangan-jangan karena kunjungannya ke tempat itu. Tapi, dia menampik sendiri dugaannya,
bukankah sebelumnya juga sering berkunjung ke bagian itu. Dia
mencoba mengingat apa yang telah dilakukannya saat berkunjung. Tidak ada yang
istimewa, kecuali sekedar memerintahkan manajer produksi untuk menambah watt
lampu yang saat itu redup. Tidak ada
jawaban pasti, tapi dia tetap berasumsi bahwa mungkin karena suasana yang semakin terang.
Beberapa bulan kemudian, diapun mencoba asumsinya ini dengan kembali
menaikkan watt lampu di bagian produksi tersebut. Benar saja, laporan yang masuk
menunjukkan kinerja bagian produksi meningkat lagi.
Dugaan awalnya yang hanya berupa perkiraan, kini sudah menjelma menjadi
sebuah keyakinan. Tapi dia tetap tidak ingin gegabah. Dia tidak segera
mempercayai sepenuhnya asumsi itu. Diapun mencoba pengujian kontras atau
reversal. Dia menurunkan watt lampu di bagian produksi tersebut beberapa bulan
kemudian. Dengan keyakinan bahwa jika benar antara tingkat watt lampu berhubungan
positif dengan kinerja maka pasti reversalnya juga berhubungan positif. Artinya,
ketika watt lampu diturunkan, maka kinerja bagian produksi juga akan turun.
Sebulan setelah penggantian watt lampu itu, dia membaca laporan yang
cukup mengejutkan, ternyata kinerja karyawan tetap meningkat. Diapun penasaran. Aneh.
Beberapa bulan kemudian, percobaannya diulangi lagi dengan jumlah watt
yang lebih rendah. Hasilnya sama, yaitu kinerja karyawan tetap meningkat. Fakta
ini bertentangan dengan prediksinya. Antar watt dan kinerja hanya berhubungan
positif jika watt lampu dinaikkan, tetapi berhubungan negatif jika watt lampu
diturunkan.
Dia kembali merenung, berarti antara tingkat watt dan kinerja tidak
berhubungan positif.
Temuannya kemudian disampaikan kepada sahabatnya yang tengah mendalami
masalah perilaku keorganisasian. Setelah menceritakan apa yang dialaminya.
Sahabatnyapun berkata bahwa sebenarnya
kenaikan atau penurunan kinerja karyawan produksi perusahaan bukan disebabkan
oleh tinggi rendahnya watt lampu, tetapi lebih disebabkan oleh perubahan watt lampunya.
Perubahan watt lampu dari rendah ke tinggi dan demikian pula sebaliknya, yang
sering disebut delta, membawa suasana baru bagi karyawan. Suasana monoton yang
selama ini dirasakan membuat mereka kurang bergairah. Semangatnya kembali
terpicu dan terpacu hanya dengan sedikit perubahan.
Wow!!, “perubahan?”, pikirnya.
Perubahan dapat menaikkan kinerja? Wah..perubahan dapat membawa perubahan?!
Ternyata sesuatu yang kecil dapat membuat sesuatu yang besar. Sejak saat itu diapun berpikir bahwa sesungguhnya perubahan adalah aset tak berwujud yang seharusnya dikelola. Harus ada manajemen perubahan…..
Good ('_')d
ReplyDeletePerubahan.... terima kasih pak!
ReplyDelete